Selasa, 22 Mei 2012

Cinta yang Jatuh


Kalian pasti pernah merasakan rasanya jatuh cinta?

Dalam tulisan saya ini akan membahas tentang jatuh cinta. Berbagai macam cara kita saat jatuh cinta. Banyak juga orang yang menyebutkan dengan sebutan jatuh cinta pada pandangan pertama, cinta lokasi ataupun cinta monyet. Untuk yang terakhir mungkin berlaku untuk adik-adik kita disekolah.

Kalau kata orang jatuh cinta itu berjuta rasanya. Tapi kalau menurut saya jatuh cinta itu biasa saja. Mungkin ada beberapa perubahan yang dialami oleh orang yang sedang jatuh cinta adalah lebih ke psikologi. Bukan gila juga barang tentu. Tapi, hampir mungkin.

Pernah suatu saat teman bertanya kepada saya saat melihat saya menerima telpon atau sms sambil senyum-senyum sendiri.

“lo kenapa senyum-senyum sendiri? Lagi jatoh cinta lo yah?” kata temen saya sedikit menuduh.

 Yang saya pertanyakan, apakah kalau setelah menerima telepon, sms, chatting, atau blackberry messenger (BBM) kita senyum-senyum sendiri, sudah pasti sedang jatuh cinta? Jadi siapa yang aneh sebenarnya?

Saya juga sebenarnya juga heran kenapa dikatakan dengan jatuh cinta. Kalau dikonotasikan jatuh itu sakit. Nah kalau jatuh cinta berarti apa? Sakit jiwa? (lupakan yang ini).

Pengalaman jatuh cinta ini kembali saya kuat kan dengan pengalaman teman saya yang katanya sedang merasakan jatuh cinta. Yang saya lihat teman saya memang berubah. Berubah suka senyum-senyum dan melamun tidak jelas. Kalau benar efek dari jatuh cinta seperti itu, saya bersumpah tidak ingin dan tidak berniat untuk jatuh cinta.

Jadi ingat dengan kalimat yang sering diutarakan oleh banyak orang. Saat sedang jatuh cinta atau sedang berpacaran, kekasihnya jatuh. Dengan perhatiannya sang lelaki berkata,

“Sayang hati-hati dong jalannya? Mana yang sakit?”. Tapi saat sudah menikah melihat istrinya jatuh sang suami berkata,

“Mata kamu kemana!!”.

Lucu dan kasar pastinya. Tapi itu yang terjadi disekeliling kita.

Saya juga pernah menanyakan kepada sahabat dan kekasihnya tentang hubungan mereka. Awalnya saya bertanya kepada sahabat saya yang berjenis kelamin perempuan.

“Pernah ga lo terbesit pikiran kenapa suka dan sayang banget sama cowo lo, padahal dia kan bukan tipe lo?”.  

Dengan lantang sahabat saya menjawab, “Pernah dan sering”.

Aji mumpung ada kekasihnya didepan saya waktu itu, kembali saya utarakan pertanyaan yang sama. Dan dengan lebih lantangnya dia berkata “ga pernah”. Pertanyaan selanjutnya adalah, “apa lo jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia?”. Si lelaki ini menjawab “iya”. Terjawab sudah.

Masih dengan sepasang kekasih yang merupakan sahabat dekat saya, kembali saya layangkan pertanyaan, kali ini untuk lelaki terlebih dahulu.

“Kenapa lo suka, sayang dan cinta sama dia?”.

Lelaki menjawab, “ga tau”.

Pertanyaan yang sama kembali saya lempar ke wanita dan dia menjawab dengan jawaban yang sama.

Kalau kata orang sepasang kekasih yang tidak mengetahui kenapa dia bisa cinta sama pasangannya itu tandanya dia ditakdirkan untuk bersama karena memiliki ketulusan cinta yang sama. Tapi kalau dia menjawab “karena dia bla-bla-bla” sudah dipastikan dia tidak tulus mencintainya. Mitos memang, tapi sudah banyak kenyataannya.

Kembali dari pengalaman seorang sahabat saya lainnya, dan yang ini, saya sendiri mungkin semua orang pernah merasakannya. Sahabat saya jatuh cinta kepada seorang wanita, setelah melakukan pendekatan atau PDKT (kalau kata anak jaman sekarang), dia mengetahui bahwa sang wanita yang dia jatuh cintakan (bahasanya??) ternyata sudah punya kekasih. Dan lebih menyesakan adalah, wanita dan kekasihnya ini baru saja berpacaran.

Yang terjadi adalah, sahabat saya jadi malas berbuat apa-apa. Malas makan kalau tidak lapar, malas megang BB kalau tidak ada BBM. Kalau kata psikiater dia mengidap, patah hati akut. Hal ini diperparah dengan belum ditemukannya obat yang mujarap untuk menyembuhkan penyakit ini. Tidak bunuh diri saja sudah bagus.

Saya juga pernah merasakan hal yang sama. Sakit memang, tapi karena jiwa sportif saya tinggi, saya biarkan dan bersiap untuk mencari mangsa yang lain. Wanita lain maksudnya.

Dari pengalaman diatas, ada satu saran untuk anda yang tidak kuat iman, dan tidak bisa menerima kenyataan dan kekalahan, yaitu, lebih baik jangan jatuh cinta.

Cinta memang punya ketertarikan tersendiri bagi seseorang. Dalam hal ini bukan hanya cinta terhadap pasangan kekasih kita, namun juga cinta terhadap orang tua, kakak, adik, keluarga, atau bahkan cinta lingkungan. Tapi kalau jatuh cinta, sudah pasti menjadi daya tarik yang sangat hebat bagi semua orang.

Cinta tidak kenal waktu, umur dan jenis kelamin. Tapi cinta mengenal satu kata yang abadi yaitu ketulusan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar