Terkadang
diri ini merasa iri saat melihat kebahagiaan yang barada di berbagai
sudut pandangan. Saat berada di cafe, perjalanan bahkan saat berada
di tempat ibadah.
Saat
seperti ini, saat di mana dua hati saling merangkai kasih, berjalan
berdampingan, berjalan seirama bagai sepasang kaki yang menemani
manusia sepanjang hidupnya.
Duduk
termenung sendiri dengan sekelumit asa yang seperti tak mau pergi.
Entah apa itu. Hanya berasa kesedihan yang teramat dalam.
Peperangan
hati yang selama ini terjadi selalu menjadi momok dalam berjalannya
kebersamaan ini. Satu sisi ego mendominasi hati, sisi lain logika
berkata lebih benar. Dalam hal ini siapa yang menuruti siapa?
Bayang
yang menjadi beban yang berat ketika harus dihadapi. Ingin
menghindar, namun entah ke mana. Ingin acuh, namun semakin berat yang
dirasakan.
Jika
berfikir dengan cara “biarkan itu terjadi”, namun apa yang
terjadi selalu tak pernah bisa dimengerti. Haruskah seperti itu,
haruskah seperti ini. Ribuan pertanyaan pun melayang dan terjun bebas
di dalam kepala.
Apakah
peperangan selalu menyelesaikan masalah. Bagaimana dengan perdamaian
yang dikatakan bisa menentramkan semua orang. Namun ini harus
dihentikan. Bukan! Bukan dihentikan, tetapi dibenahi dan diubah
dengan segala cara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar