Senin, 05 Agustus 2013

Pergolakan

Seketika ingin keluar dari ini semua. Seketika ingin berjalan normal dengan semua ini. Berhenti berfikir keras, dan berjalan apa adanya. Seketika berfikir menjalani hari bersama seseorang. Berjalan bersama, tertawa bersama, menangis bersama dan meraih impian bersama.

Terkadang diri ini merasa iri saat melihat kebahagiaan yang barada di berbagai sudut pandangan. Saat berada di cafe, perjalanan bahkan saat berada di tempat ibadah.

Saat seperti ini, saat di mana dua hati saling merangkai kasih, berjalan berdampingan, berjalan seirama bagai sepasang kaki yang menemani manusia sepanjang hidupnya.

Duduk termenung sendiri dengan sekelumit asa yang seperti tak mau pergi. Entah apa itu. Hanya berasa kesedihan yang teramat dalam.

Peperangan hati yang selama ini terjadi selalu menjadi momok dalam berjalannya kebersamaan ini. Satu sisi ego mendominasi hati, sisi lain logika berkata lebih benar. Dalam hal ini siapa yang menuruti siapa?

Bayang yang menjadi beban yang berat ketika harus dihadapi. Ingin menghindar, namun entah ke mana. Ingin acuh, namun semakin berat yang dirasakan.

Jika berfikir dengan cara “biarkan itu terjadi”, namun apa yang terjadi selalu tak pernah bisa dimengerti. Haruskah seperti itu, haruskah seperti ini. Ribuan pertanyaan pun melayang dan terjun bebas di dalam kepala.

Apakah peperangan selalu menyelesaikan masalah. Bagaimana dengan perdamaian yang dikatakan bisa menentramkan semua orang. Namun ini harus dihentikan. Bukan! Bukan dihentikan, tetapi dibenahi dan diubah dengan segala cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar