Rabu, 11 Desember 2013

Hidup Tanpa "R"



“Ular melingkar-lingkar di atas pagar.”

Kalimat yang sederhana itu mampu membuat hidup saya tak lengkap hingga saat ini. Kenapa begitu? Tuhan menciptakan huruf “R” dalam tulisan dengan begitu mudah dan mungkin indah bagi sebagian orang. Namun untuk saya, “R” bisa saya tulis, tapi ketika saya ucapkan “R” serasa menjadi duri yang berada dalam mulut saya.

Orang dengan mudahnya berkata “eh, lu cadel toh?” Simpel sih tapi cukup untuk buat saya mau membenturkan kepalanya ke tembok.  Entah kenapa saya bisa cadel “R”. Dari saya kecil saya sudah tidak bisa mengucapkan huruf tersebut.

Saya dulu pernah bekerja di salah satu radio milik pemerintah. Di radio itu jelas menayangkan program berita, dan sudah jelas juga saya diharuskan untuk membaca dan melaporkan berita baik direkam atau pun secara langsung. Awalnya saya tidak percaya diri untuk membacakan atau melaporkan berita walaupun pada saat itu direkam. Jangan tanyakan kenapa saya merasa tidak percaya diri, sudah bisa dipastikan karena saya tidak bisa mengucapkan huruf “R”. Akhirnya dengan begitu saya hanya membuat berita berupa berita sisipan atau biasa disebut dengan berita insert.

Sampai pada akhirnya saya memberanikan diri untuk melaporkan berita secara langsung. “Bagus ton laporannya”, kata bos saya. Dalam hati saya berkata apakah benar bagus atau hanya mengejek lantaran saya tidak bisa mengucapkan “R” alias cadel.

Banyak orang yang bilang kalau cadel atau bahasa ilimiahnya rhotacism, disebabkan oleh lidah yang pendek. Namun, anggapan itu sangat salah. Bukan lidahnya yang pendek melainkan adanya perbedaan pada bagian lidah yang bernama frenulum linguae. Frenulum linguae itu berada di bawah lidah yang jika lidah kita arahkan ke atas, maka yang seperti tiang tepat di tengah bawah lidah kita.

Sebenarnya tidak terlalu terganggu dengan cadel yang saya alami. Tetapi, anggapan orang jika baru mengetahui saya cadel itu yang seakan mengejek kepada saya.

Teman saya juga mengalami hal yang sama. Bahkan saat saya dan teman saya masih duduk di bangku sekolah, dia terlihat sangat stres karena tidak bisa mengucapkan huruf “R”. Akhirnya setiap hari dia hanya belajar menyebutkan huruf “R” terus menerus. Saat di sekolah, di rumah, sedang bermain, mengaji bahkan sebelum tidur dia terus belajar mengucapkan“R”. Suatu ketika dia datang kepada saya, dengan maksud mau pamer dia terus mengucapkan huruf “R”, dan apa yang terjadi? Dia bisa mengucapkannya.

Nasib teman saya memang sedang mujur barangkali. Mungkin juga, karena dia sudah sangat stres maka tuhan memberi mukjizat yaitu bisa mengucapkan “R” dengan baik dan benar. Sedangkan saya??? Tidak akan tercipta tulisan ini jika saya bisa mengucapkan huruf “R”.

Sampai saat ini pun huruf “R” belum mau mau menghampiri saya. Entah menyangkut atau terkena macet dimana. Namun, meski hidup saya tanpa huruf “R”, saya tetap bahagia. Saya tetap menjalani hidup saya secara baik dan benar. Yah, Bahagia jika tidak mengusik saya tentang huruf “R”.

1 komentar:

  1. etdah..

    lama berhibernasi nulis blog keluarnya soalnya percadelan ini??

    ck..ck..ck..
    *garuk-garuk kepala*

    BalasHapus