“Ular melingkar-lingkar di
atas pagar.”
Kalimat yang sederhana itu
mampu membuat hidup saya tak lengkap hingga saat ini. Kenapa begitu? Tuhan
menciptakan huruf “R” dalam tulisan dengan begitu mudah dan mungkin indah bagi
sebagian orang. Namun untuk saya, “R” bisa saya tulis, tapi ketika saya ucapkan
“R” serasa menjadi duri yang berada dalam mulut saya.
Orang dengan mudahnya
berkata “eh, lu cadel toh?” Simpel sih tapi cukup untuk buat saya mau
membenturkan kepalanya ke tembok. Entah
kenapa saya bisa cadel “R”. Dari saya kecil saya sudah tidak bisa mengucapkan
huruf tersebut.
Saya dulu pernah bekerja di
salah satu radio milik pemerintah. Di radio itu jelas menayangkan program
berita, dan sudah jelas juga saya diharuskan untuk membaca dan melaporkan berita
baik direkam atau pun secara langsung. Awalnya saya tidak percaya diri untuk
membacakan atau melaporkan berita walaupun pada saat itu direkam. Jangan
tanyakan kenapa saya merasa tidak percaya diri, sudah bisa dipastikan karena
saya tidak bisa mengucapkan huruf “R”. Akhirnya dengan begitu saya hanya
membuat berita berupa berita sisipan atau biasa disebut dengan berita insert.
Sampai pada akhirnya saya
memberanikan diri untuk melaporkan berita secara langsung. “Bagus ton
laporannya”, kata bos saya. Dalam hati saya berkata apakah benar bagus atau
hanya mengejek lantaran saya tidak bisa mengucapkan “R” alias cadel.
Banyak orang yang bilang
kalau cadel atau bahasa ilimiahnya rhotacism,
disebabkan oleh lidah yang pendek. Namun, anggapan itu sangat salah. Bukan lidahnya
yang pendek melainkan adanya perbedaan pada bagian lidah yang bernama frenulum linguae. Frenulum linguae itu
berada di bawah lidah yang jika lidah kita arahkan ke atas, maka yang seperti
tiang tepat di tengah bawah lidah kita.
Sebenarnya tidak terlalu
terganggu dengan cadel yang saya alami. Tetapi, anggapan orang jika baru
mengetahui saya cadel itu yang seakan mengejek kepada saya.
Teman saya juga mengalami
hal yang sama. Bahkan saat saya dan teman saya masih duduk di bangku sekolah,
dia terlihat sangat stres karena tidak bisa mengucapkan huruf “R”. Akhirnya
setiap hari dia hanya belajar menyebutkan huruf “R” terus menerus. Saat di
sekolah, di rumah, sedang bermain, mengaji bahkan sebelum tidur dia terus
belajar mengucapkan“R”. Suatu ketika dia datang kepada saya, dengan maksud mau
pamer dia terus mengucapkan huruf “R”, dan apa yang terjadi? Dia bisa
mengucapkannya.
Nasib teman saya memang
sedang mujur barangkali. Mungkin juga, karena dia sudah sangat stres maka tuhan
memberi mukjizat yaitu bisa mengucapkan “R” dengan baik dan benar. Sedangkan
saya??? Tidak akan tercipta tulisan ini jika saya bisa mengucapkan huruf “R”.
Sampai saat ini pun huruf “R”
belum mau mau menghampiri saya. Entah menyangkut atau terkena macet dimana.
Namun, meski hidup saya tanpa huruf “R”, saya tetap bahagia. Saya tetap
menjalani hidup saya secara baik dan benar. Yah, Bahagia jika tidak mengusik
saya tentang huruf “R”.
etdah..
BalasHapuslama berhibernasi nulis blog keluarnya soalnya percadelan ini??
ck..ck..ck..
*garuk-garuk kepala*