Jumat, 28 Oktober 2011

Hilangnya Separuh Nafas Ku

Kehilangan orang yang kita cintai memang berat kita rasakan. Tapi, pasti semua orang pernah atau bahkan sudah pernah merasakan. Ada yang kehilangan karena putus cinta ada juga kehilangan karena sudah pergi terlebih dahulu karena dipanggil yang maha kuasa.

Untuk saat ini saya tidak menceritakan kehilangan karena putus cinta. Ya, bisa juga dibilang putus cinta, namun beda seperti putus cinta yang biasa kita hadapi dan rasakan.

Selama lima tahun lima bulan saya selalu bersama dengan seseorang yang sudah merubah saya dari seorang mahasiswa yang belum mau menatap kedepan, namun kini saya sudah bisa nikmatnya mencari uang sendiri untuk kebutuhan saya sendiri. Karena seriusnya kami berhubungan, kami berencana untuk mengakhiri masa lajang kami di pelaminan yang beberapa bulan kedepan. Namun, rencana pernikahan ini seolah menjadi angan-angan kami saja, karena kecelakaan yang tak diduga merenggut nyawa "separuh nafas ku" ini.

Sedih, sakit, hancur lebur bahkan seakan enggan lagi untuk menjalani kehidupan ini, itu lah yang saya rasakan saat itu. Yah, hal yang standar jika anda kehilangan orang yang paling anda sayang dan cintai.

Jika boleh saya jujur, saat itu menjadi ujian yang paling sulit yang saya hadapi. Bagaimana tidak, sebelum peristiwa kecelakaan yang menewaskan sebelah hati saya itu, saya ada masalah yang dalam pekerjaan dan keluarga. Disaat masalah itu belum selesai, ternyata Tuhan lebih menyayangi bintang kecil ku dengan memanggilnya terlebih dulu.

Pada peristiwa itu juga, saya harus menjadi orang yang tebah dan juga harus menyabarkan ibunda urat nadi saya, keluarganya dan juga teman-teman saya dan sahabat cinta saya. Kalau boleh mengaku lagi, secara logika, bagaimana seorang saya yang sedang sangat terpukul tetapi bisa menyabarkan begitu banyak orang yang merasa kehilangan yang sama dengan saya.

Ketegaran memutarbalikan logika yang mungkin menurut orang lain tidak mungkin.Saya juga sangat beruntung memiliki lingkungan yang bisa membawa saya menjadi tegar dan bisa menyabarkan hampir semua orang.

Dibalik itu semua, sampai saat ini jika saya mengenang 'dia yang sudah tenang disana' saya masih menangis, tanpa diketahui orang lain.

Saya meyakini, dibalik peristiwa pahit ini ada rencana Tuhan yang terbaik buat saya. Saya harus tetap menjalani hidup, meski mungkin tertatih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar