Hubungan
jarak jauh atau bahasa jawa nya long distance relationship (LDR).
Kalimat itu sedikit sensitif untuk sebagian orang. Bagaimana tidak,
banyak orang yang menyatakan kalau tidak bisa menjalankan hubungan
jarak jauh padahal mereka belum merasakannya.
Tapi
saya, jelas sudah merasakannya. Tulisan ini saya tulis ketika saya
sedang dinas ke Makassar, Sulawesi Selatan. Saat saya ditugaskan oleh
kantor, saya sedang menjalankan hubungan dengan kekasih saya yang
baru jalan dua bulan. Kalau bayi mungkin lagi lucu-lucunya. Padahal
saya ditugaskan hanya 6 hari. Waktu yang sebentar sebenarnya, tapi
kangennya dengan pacar berasa 6 tahun. Sampai disini saya belum mau
mengatakan bagaimana rasanya. Saya akan mengatakan setelah saya
selesai menulis ini atau kalian bisa menebaknya sendiri.
Perbedaan
jarak yang sangat jauh karena berbicara antar pulau serta perbedaan
waktu dengan Ibukota Indonesia, Jakarta membuat hubungan ini terasa
sangat jauh dan lama. Tapi untungnya ini masih dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana dengan mereka yang melakukan
hubungan wanita ada di Indonesia dan Pria ada di luar negeri, atau
sebaliknya.
Ada
pengalaman menarik tentang LDR ini. Orang tua seorang sahabat saya.
Ibu sahabat saya ini tinggal di Jakarta dan mengurus anak-anaknya.
Sedangkan Ayahnya bekerja di Arab Saudi. Bukan sebagai TKI tentunya,
entah sebagai apa, yang jelas pekerjaannya jelas. Jujur saya juga
tidak mengetahui pasti sudah berapa lama ayah sahabat saya ini
bekerja di Timur dari dunia ini. Tapi yang jelas, sampai saat ini
mamake biasa saya panggil,
tetap setia menunggu dan pasti menerima duit dari sang suami. Simple
sebenarnya, karena mereka sudah
tua juga. Sahabat saya saja anak pertama dari pasangan suami isteri
yang hebat ini. Selain itu juga sahabat saya ini sudah menikah.
Terbayang umur dari orang tuanya. Tapi tetap saya acungi empat
jempol untuk mamake dan
bapak ini.
Ada
lagi cerita dari seorang teman lama saya yang mempunyai cerita juga
tentang LDR. Dalam cerita ini teman saya perempuan sedangkan sang
kekasihnya pria yang saya lupa berada dimana. Yang pasti masih di
Indonesia. Awalnya mereka menikmati LDR ini, dan saat itu juga
ungkapan negatif sebagian orang tentang LDR terbantahkan. “Buktinya
teman gue bisa
ngejalaninnya”, kata
saya dengan bangganya. Tapi apa yang saya dengar setelah berjalan
beberapa bulan? Mereka putus, dengan alasan jarang berkomunikasi.
Serasa saya menjilat bantahan saya.
Ada
satu contoh kasus juga, teman saya juga. Dan lagi-lagi teman saya ini
perempuan. Saya baru tahu kalau teman saya ini mempunyai kekasih yang
tinggal dan bekerja di Makassar. Saat itu yang terlintas di benak
saya, “bagaimana awal mereka bertemu kalau cowok nya
di Makassar sedangkan ceweknya di
Jakarta?”. Biarlah itu jadi pertanyaan yang tak pernah terjawab.
Singkat cerita mereka pacaran entah berapa lama, dan tiba-tiba mereka
menyebar undangan pernikahannya. Dan setelah nikah mereka berdua saat
ini tinggal di Makassar. Untuk kali ini saya tidak menyimpulkan
apakah LDR itu positif atau negatif.
Kembali
ke saya. Jujur saya merasa kangen dengan kekasih saya di Jakarta,
padahal baru beberapa hari di Makassar. Melalui pesan singkat dan
pesan khusus beri hitam, kekasih saya mengungkapkan betapa rindunya
dia kepada saya. Bangga pertama yang saya rasakan. Bagaimana tidak,
saya dirindukan oleh perempuan di seberang pulau sana. Tapi dampak
yang saya tahu dari cerita kekasih saya adalah dia sampai kesal dan
marah-marah sendiri. Jadi uring-uringan dan yang paling ekstrim, dia
minta saya pulang saat itu juga.
Baiklah
itu lah dampak dari LDR yang mungkin tidak kita sadari. Tapi ternyata
nyata sekali dan bisa dilihat disekeliling kita bahkan mungkin kita
sendiri juga merasakannya. Selain homesick
kita juga akan merasakan pacarsick,
karena kekasih tersayang saya namanya Wiwik jadi saya sering sebut
dengan wiwiksick.
Inti
dari tulisan ini tidak selamanya long distance relationship itu
mempunyai dampak yang negatif, tetapi saya juga tidak mengatakan
kalau LDR itu positif. Mungkin masing-masing orang punya pendapat dan
daya tahan dirinya masing-masing terhadap LDR. Satu saran dari saya
untuk yang terjebak di lingkaran LDR, saling percaya saja dan tetap
jaga komunikasi. Tapi saya juga belum mendapatkan rumusan untuk
meredakan rindu saat menjalani LDR.
Hanya
waktu yang bisa mengendalikannya dan pada awalnya memang sulit untuk
diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar