Selasa, 19 Maret 2013

Angkuhnya masa lalu



Awalnya baik-baik saja. Semua terlihat bahagia dan tidak ada masalah satu apa pun. Saling bercengkrama dan berbahagia. Saling memerlukan. Rindu bila ditinggal. Hampir tak ada amarah yang mampir.

Seiring berjalannya waktu, berubahnya pondasi pemikiran serta mungkin sikap, semuanya ikut berubah. Hampir tak ada lagi cengkrama yang intim, kebahagiaan yang berkepanjangan, rindu yang menggelegar dan yang ada hanya amarah serta kekesalan.

Kenapa begitu? Ada apa itu? Bagaimana itu terjadi?

Tak ada satupun yang bisa menjawabnya. Semua hanya karena keangkuhan dan mungkin cerita masa lalu.

Kejadian ini cerita dari seorang sahabat. Dia mempunyai seorang kekasih yang pada awalnya sangat ia sayangi. Sampai sekarang pun masih tetap ia sayangi. Karena sayangnya ia berani berbuat nekat hanya untuk sang kekasih. "Haruskah ku mati karena mu," terbesit petikan lirik lagu ada band.

Tapi seiring berjalannya waktu, bulan demi bulan, tahun demi tahun yang mereka lewati hanya sebatas sepasang kekasih yang tidak mengerti harus bagaimana dengan hubungan mereka. Hanya ada senyum dan tawa namun lebih didominasi oleh emosi dari keduanya.

Sahabat berkata, "gw harus gimana ya ton?"

Berlandaskan ketidaktahuan saya tidak bisa menjawab lebih. "Yah, sabar ajah yah," jawab saya.

Baiklah, tentang masa lalu. Siapa juga yang tidak mempunyai masa lalu. Baik buruk dan bahagia, semua masa lalu. Ya, hanya masa lalu. Tapi bagaimana jika selalu terbayangi?

"Ini kayanya soal mantan gebetannya deh ton?" duga sabahat.
"Ah, dari mana lo tahu? Ada bukti konkritnya?" saya kembali bertanya.

Tebayangi masa lalu memang membuat sebagian orang akan enggan untuk menatap kedepan bahkan seakan cuek dengan apa yang ia hadapi. Tapi, apakah karena itu mereka berubah?

"Dia, masih sering ketemu ton," kata sahabat dengan muka serius.

"Dimana, kapan, terus lo pernah mergokin?" Kembali saya menyidik.

Berlandaskan pemikiran itu mungkin timbul rasa curiga. Tidak salah memang. Saat ditanya seberapa sering kekasihnya bertemu dengan pria masa lalunya, dia menjawab sering.

"Berdua aja gitu?" Selidik saya.
"Ya ga sih. Paling sama temen-temennya yang lain juga." Jawabnya.
"Tapi matanya sama sikapnya itu loh ton. Beda banget. Walaupun ada gw disitu beda ajah. Dia kaya sok-sok jaim dan yah aneh lah." Ceritanya sepenuh hati.

Menurutnya, karena itu lah sang pujaan hati mulai berubah. Dia tak merasa lagi kasih sayang seperti pada awal mereka pacaran. Tak merasakan rindu yang teramat dalam. "Rasa kasih sayang itu cuma ada pas kita lagi ketemu, kalo lagi ga ketemu yah berasa kaya temen ajah." Tambahnya.

Sulit juga dengan kasus yang seperti ini. Saya bukan detektif cinta, jadi saya hanya menjadi pendengar yang baik saja pada malam itu.

Masa lalu memang hanya bisa dikenang, tapi bisa juga kembali jika memang ada kesempatannya. Karena itu juga manusia berasa angkuh dengan apa yang terjadi saat ini maupun masa depan.

Dalam kasus sahabat saya tadi, belum bisa diselesaikan secara baik-baik. Sang perempuan masih terlena dengan "masa lalu" nya yang saat ini ia hadapi. Dan sang lelaki, gusar dengan sikap sang perempuan yang terkesan "angkuh" dengan dirinya.

Sekedar info, mereka berdua masih tetap berhubungan. Masih dengan sikap nya masing-masing dan pemikirannya masing-masing. Mereka berdua memilih diam untuk semua itu, karena mereka tidak menginginkan perang.

Semoga kalian bahagia dengan cara itu. 

Ini merupakan kisah nyata. Jika ada yang memiliki kesamaan cerita mohon maaf dan jangan tersinggung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar