Awalnya
baik-baik saja. Semua terlihat bahagia dan tidak ada masalah satu apa pun.
Saling bercengkrama dan berbahagia. Saling memerlukan. Rindu bila ditinggal.
Hampir tak ada amarah yang mampir.
Seiring
berjalannya waktu, berubahnya pondasi pemikiran serta mungkin sikap, semuanya
ikut berubah. Hampir tak ada lagi cengkrama yang intim, kebahagiaan yang
berkepanjangan, rindu yang menggelegar dan yang ada hanya amarah serta
kekesalan.
Kenapa
begitu? Ada apa itu? Bagaimana itu terjadi?
Tak
ada satupun yang bisa menjawabnya. Semua hanya karena keangkuhan dan mungkin
cerita masa lalu.
Kejadian
ini cerita dari seorang sahabat. Dia mempunyai seorang kekasih yang pada
awalnya sangat ia sayangi. Sampai sekarang pun masih tetap ia sayangi. Karena
sayangnya ia berani berbuat nekat hanya untuk sang kekasih. "Haruskah ku
mati karena mu," terbesit petikan lirik lagu ada band.
Tapi
seiring berjalannya waktu, bulan demi bulan, tahun demi tahun yang mereka
lewati hanya sebatas sepasang kekasih yang tidak mengerti harus bagaimana
dengan hubungan mereka. Hanya ada senyum dan tawa namun lebih didominasi oleh
emosi dari keduanya.
Sahabat
berkata, "gw harus gimana ya ton?"
Berlandaskan
ketidaktahuan saya tidak bisa menjawab lebih. "Yah, sabar ajah yah,"
jawab saya.
Baiklah,
tentang masa lalu. Siapa juga yang tidak mempunyai masa lalu. Baik buruk dan
bahagia, semua masa lalu. Ya, hanya masa lalu. Tapi bagaimana jika selalu
terbayangi?
"Ini
kayanya soal mantan gebetannya deh ton?" duga sabahat.
"Ah,
dari mana lo tahu? Ada bukti konkritnya?" saya kembali bertanya.
Tebayangi
masa lalu memang membuat sebagian orang akan enggan untuk menatap kedepan
bahkan seakan cuek dengan apa yang ia hadapi. Tapi, apakah karena itu mereka
berubah?
"Dia,
masih sering ketemu ton," kata sahabat dengan muka serius.
"Dimana,
kapan, terus lo pernah mergokin?" Kembali saya menyidik.
Berlandaskan
pemikiran itu mungkin timbul rasa curiga. Tidak salah memang. Saat ditanya
seberapa sering kekasihnya bertemu dengan pria masa lalunya, dia menjawab
sering.
"Berdua
aja gitu?" Selidik saya.
"Ya
ga sih. Paling sama temen-temennya yang lain juga." Jawabnya.
"Tapi
matanya sama sikapnya itu loh ton. Beda banget. Walaupun ada gw disitu beda
ajah. Dia kaya sok-sok jaim dan yah aneh lah." Ceritanya sepenuh hati.
Menurutnya,
karena itu lah sang pujaan hati mulai berubah. Dia tak merasa lagi kasih sayang
seperti pada awal mereka pacaran. Tak merasakan rindu yang teramat dalam.
"Rasa kasih sayang itu cuma ada pas kita lagi ketemu, kalo lagi ga ketemu
yah berasa kaya temen ajah." Tambahnya.
Sulit
juga dengan kasus yang seperti ini. Saya bukan detektif cinta, jadi saya hanya
menjadi pendengar yang baik saja pada malam itu.
Masa
lalu memang hanya bisa dikenang, tapi bisa juga kembali jika memang ada
kesempatannya. Karena itu juga manusia berasa angkuh dengan apa yang terjadi
saat ini maupun masa depan.
Dalam
kasus sahabat saya tadi, belum bisa diselesaikan secara baik-baik. Sang
perempuan masih terlena dengan "masa lalu" nya yang saat ini ia
hadapi. Dan sang lelaki, gusar dengan sikap sang perempuan yang terkesan
"angkuh" dengan dirinya.
Sekedar
info, mereka berdua masih tetap berhubungan. Masih dengan sikap nya
masing-masing dan pemikirannya masing-masing. Mereka berdua memilih diam untuk
semua itu, karena mereka tidak menginginkan perang.
Semoga
kalian bahagia dengan cara itu.
Ini merupakan kisah nyata. Jika ada yang memiliki kesamaan cerita mohon maaf dan jangan tersinggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar