Sabtu, 24 Desember 2011

ABG Inspiratif

Anak berumur belasan tahun sudah bisa membuktikan dirinya mampu berbuat yang terbaik untuk lingkungan, kebudayaan dan kemanusian.

Ironisnya ditengah ketidakpedulian masyarakat atas ketiga hal itu tiga anak yang rata-rata sedang menempuh bangku SMA ini bisa membuktikan dirinya mampu melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa.

Maria Amadea (15), Nilam Zubir (14) dan Amelia (14), ketiga Anak Baru Gede (ABG) ini sudah membuktikan prestasinya di bidangnya masing-masing.

Maria Amadea sudah bisa dibilang berhasil dalam memerangi aksi bullying yang saat ini marak di sekolah-sekolah. Korban aksi bullying ini dapat bangkit dan menjadi salah satu aktivis remaja anti bullying yang sekarang disibukan dengan aktifitas presentasi pelatihan anti bullying bagi korban dan para pelajar.

"Bullying itu terjadi dari kakak kelas ke adik kelas tapi karena itu berlanjut adik kelasnya merasa kita dulu di bully sekarang kita gantian donk nge-bully biar adil."

Kalimat itu lah yang keluar dari mulut anak manis ini saat aku wawancarai alasan tentang bullying.

Memang aksi bullying ini sudah terjadi sejak dulu. Bahkan saat aku masih menempuh bangku sekolah, aku sering mendengar teman-teman ku di 'gencet' oleh senior-seniornya, dengan alasan yang tidak masuk akal.

Seiring perkembangan jaman aksi 'gencet menggencet' senior kepada juniornya ini semakin menjadi rutinitas bagi pelajar. Namun, banyak juga korban bullying ini yang tidak melapor kepada guru atau orang tuanya sehingga mereka mengalami trauma yang mendalam.

Kenapa mereka tidak berusaha melapor?
Dea biasa ia dipanggil menuturkan, tersangka bullying sering mengancam korbannya saat melakukan aksinya. Sehingga korban mengalami ketakutan yang luar biasa dan memilih untuk tidak melaporkan.

Hal yang menggugah hati ku terhadap anak ini adalah, dea ingin memdirikan rumah konseling bagi para korban bullying. Seakan tersambar petir aku mendengarnya. Bayangkan, anak yang kasarnya dibilang seumur jagung, punya pemikiran kemanusiaan yang luar biasa, yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang dewasa sekali pun.

Anda tahu atau pernah membaca buku Kecil-Kecil Jadi Wayang, Kecil-Kecil Jadi Pengusaha dan Pengalaman mewawancarai Tokoh Negara?

ketiga buku itu ditulis oleh seorang anak yang berumur 14 tahun bernama Nilam Zubir.Anak cerdas ini memang punya kebiasaan untuk menulis seperti menulis buku harian. Tapi bukan itu yang akan aku bahas.

Jika kita baca buku terakhirnya Nilam, Kecil-Kecil Jadi Wayang, kita sebagai orang yang jauh lebih dewasa akan sedikit terpukul oleh tulisan Nilam. Dalam buku itu, Nilam menjelaskan atau lebih tepatnya bercerita bagaimana dia bisa mencantai wayang orang sampai dia terjun langsung menjadi aktor dalam setiap pementasan wayang orang.

Anak seumurnya yang lazim kita temui biasanya lebih memilih untuk menonton konser musik atau film-film barat di bioskop. Tapi tidak untuk Nilam. Dia lebih memilih untuk menonton wayang orang dari pada menonton konser musik yang 'desek-desakan'.

"Nonton wayang orang Bharata itu baru kejutan", kata Nilam dalam bukunya.

Remaja yang segudang dengan kegiatannya setiap hari ini mengaku, suka dengan wayang orang karena gagal menonton konser Maroon 5 saat datang ke Indonesia.

Saat itu Nilam tidak kebagian tiket untuk menonton, kemudian diajak oleh mamanya untuk menonton wayang orang dan dari situ lah dia jatuh cinta terhadap wayang.

Sejak itu pula ia memutuskan untuk bergabung dan ikut berlatih bersama dengan personil wayang Orang Bharata.

Dalam bukunya itu juga Nilam mengajak kepada semua remaja untuk mencintai kebudayaan asli Indonesia. Dia mengemukakan, Wayang sudah menadapat penghargaan kebuadayaan terbaik oleh UNESCO.

Yang membuat Nilam ingin mendalami terus dunia pewayangan ini adalah, hatinya tergetar ketika dia tahu bahwa pengajar karawitan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Perancis merupakan Warga Negara asli Perancis. WN Perancis ini mengajari karawitan kepada beberapa Warga Negara Indonesia yang ada di Perancis.

"Kisah itu juga salah satu motivasi gua belajar wayang fren. Soalnya gua ngeper ntar kalo udah gede, gua kuliah atau kerja di luar negeri, terus temen gw yang bule lebih gape main wayang dan gamelan."

Memang dengan gaya bahasa anak muda jaman sekarang, tapi sangat menyentuh hati dan fikiran orang dewasa dengan kalimat itu.

Dibidang lingkungan, kita pasti tahu dengan Kompos, pupuk yang dibuat dengan kotoran hewan atau sampah.

Semua orang pasti tahu tentang kompos, tapi apa ada yang peduli dengan itu dan mengajarkan kepada beberapa anak petani di desa?

Amelia atau biasa dipanggil Ami yang aku temui saat memberikan pelatihan pembuatan kompos kepada beberapa anak-anak di desa Sarongge, Kabupaten Cianjur.

Ami mengatakan, dia lebih suka dengan lingkungan dan penghijauan. Maka dia lebih memilih untuk menjadi ahli pembuat pupuk kompos.

Pemenang Astra Award ini terus membuat Kompos meski sudah banyak pupuk buatan pabrikan yang lebih sering digunakan oleh petani. Namun, dia tidak takut, karena menurutnya, pupuk yang dijual bebas banyak mengandung bahan kimia yang dapat merusak tanaman terutama tanaman sayuran.

Dengan mahir, Ami menunjukan bagaimana cara membuat Kompos kepada anak-anak seusianya dan disaksikan oleh beberapa orang yang jauh lebih dewasa darinya.

Dengan lantangnya remaja yang polos ini mengatakan, "satu perbuatan untuk dunia bisa merubah dunia." Dengan kalimat itu, tepuk tangan riuh dilayangkan kepadanya.

Ketiga remaja ini sangat menjadi inspirasi ku dalam menjalani hidup ini. Bagaimana tidak, Kemanusiaan, Lingkungan dan kebudayaan merupakan bagian dari hidup kita.
Kemanusiaan, kita sebagai makhluk sosial harus bisa lebih peka terhadap sesama. kita harus saling menolong dan saling berbuat baik.

Jadi ingat dengan kata-kata beberapa orang yang terbayang oleh ku. "Hidup jangan saling menyakiti, Berbaik hati dan terima hidup ini apa adanya" dan "tiap detik dari nafas yang diberika tuhan, manfaatkanlah untuk kegiatan yang positif Setidaknyauntuk diri sendiri terlebih dahulu kemudian untuk orang lain."

Kedua Petikan ini kudapat dari dua orang yang berbeda karakteristik dan pekerjaannya. Tapi mereka sangat peduli dengan kehidupan sosial.

Lingkungan, anda tahu tentang kerusakan lingkungan saat ini? dan seberapa orang yang peduli dengan lingkungan?

Aku tidak akan menjelaskan panjang lebar untuk hal ini, aku hanya minta, lihatlah disekeliling mu, adakah lingkungan yang bersih dan sehat?

Kebudayaan, tak munafik aku juga suka dengan kebudayaan luar. Aku juga sempat seakan tertonjok dengan perkataan Nilam. Tapi dari situ aku sadar, ternyata kebudayaan Indonesia tidak kalah bagus dengan kebudayaan luar negeri. Tinggal pembawaan kita dari kebudayaan yang Indonesia punya.

Indonesia sangat indah, punya banyak suku, bahasa dan kebudayaan tapi tetap satu juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar