Banyak yang bertanya, kenapa saya memilih menjadi wartawan ketimbang karyawan biasa? Dengan ringan saya menjawab, "sudah hobby". Banyak orang juga yang tercengang dan sedikit mengangkat dahi dan berkata "hobby???" Dengan lantang saya menjawab "iya! Kenapa salah ya?" Dan tidak ada yang menjawab pertanyaan saya.
Sebenarnya jawaban saya hanya sebuah kalimat yang mungkin sebagian orang bisa mengerti itu. Namun, sebagian lagi atau malah sebagian besar, tidak mengerti akan jawaban saya. Ada seorang dosen berkata "cari pekerjaan yang sesuai dengan hobby kamu". Kemudian saya berfikir, semua tentang saya, tentang hobby saya, dan semua yang ada didiri saya.
Memang awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan kegiatan jurnalistik, namun karena saya mengambil jurusan itu saat kuliah, jadi mau tidak mau saya berurusan dengan dunia jurnalistik. Setelah dijalani, ternyata dunia jurnalistik itu menarik. Menariknya, kita bisa bebas mengenkspresikan diri kita via tulisan. Kita bisa bebas berkelana tanpa batasan, banyak bertemu orang dengan berbagai macam watak dan kulturisasi, dan masih banyak hal lainnya. Setelah itu saya berfikir, disini lah saya bisa mengembangkan semua hobby saya yang terkait dengan sosial.
Ada seorang sahabat berceloteh seperti ini, "wartawan itu susah untuk kaya". Di situ jujur saya tersentuh. apa iya seorang wartawan tidak akan kaya. Lalu, bagaimana dengan pimpinan redaksi, produser, bukankah mereka berawal dari wartawan yang sudah memakan asam garam dunia jurnalistik. Jika dilihat mereka hidup mewah, bermobil dan tetap dengan idealisme khusus seorang wartawan. Dari situ saya belajar, mungkin yang sulit menjadi kaya adalah wartawan yang tidak memiliki rasa untuk maju dan tidak berprestasi dibidangnya.
Satu fakta lagi mengenai wartawan. Seorang wartawan sangat identik atau bahkan melekat dengan media yang membawanya. Banyak juga orang yang bertanya kenapa saya bertahan di media yang tempat saya bernaung. Agak sulit memang menjawabnya, namun, semua itu bisa dijawab jika orang tersebut ikut bekerja dengan saya. Bukan materi yang saya dapatkan, namun, semua pelajaran tentang segalanya bisa saya dapatkan. Dan belum tentu jika saya berpindah ke media yang lain saya bisa mendapatkan banyak pelajaran seperti itu.
"Kamu sudah cinta dengan media itu". Itu adalah pertanyaan selanjutnya yang keluar dari hampir semua orang yang menganal saya. Dan saya jawab dengan lantang "tidak! Tapi saya cinta dengan pekerjaan saya".
Agak sulit untuk menjelaskan jawaban saya yang terakhir ini. Tapi saya berpendapat, ada orang yang bertahan bekerja disuatu tempat karena beberapa hal. Padahal di tempat itu, pendapatan dia sangat kecil. Ada juga orang yang bertahan bekerja di suatu tempat lantaran gajinya besar, padahal pekerjaannya sangat sulit dan bukan bidangnya terlebih lingkungan bekerjanya. Jika orang-orang tersebut di beri pertanyaan yang sama dengan saya, sudah pasti inti dari jawabannya sama dengan saya. Yang jelas saya akan pindah jika kriteria pekerjaan tersebut sesuai dengan kriteria saya.
Pekerjaan merupakan suatu cara untuk memperoleh kehidupan di masa akan datang. Tapi haruskah pekerjaan dipaksakan? Saya yakin semua orang bisa menjawabnya.
Memang awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan kegiatan jurnalistik, namun karena saya mengambil jurusan itu saat kuliah, jadi mau tidak mau saya berurusan dengan dunia jurnalistik. Setelah dijalani, ternyata dunia jurnalistik itu menarik. Menariknya, kita bisa bebas mengenkspresikan diri kita via tulisan. Kita bisa bebas berkelana tanpa batasan, banyak bertemu orang dengan berbagai macam watak dan kulturisasi, dan masih banyak hal lainnya. Setelah itu saya berfikir, disini lah saya bisa mengembangkan semua hobby saya yang terkait dengan sosial.
Ada seorang sahabat berceloteh seperti ini, "wartawan itu susah untuk kaya". Di situ jujur saya tersentuh. apa iya seorang wartawan tidak akan kaya. Lalu, bagaimana dengan pimpinan redaksi, produser, bukankah mereka berawal dari wartawan yang sudah memakan asam garam dunia jurnalistik. Jika dilihat mereka hidup mewah, bermobil dan tetap dengan idealisme khusus seorang wartawan. Dari situ saya belajar, mungkin yang sulit menjadi kaya adalah wartawan yang tidak memiliki rasa untuk maju dan tidak berprestasi dibidangnya.
Satu fakta lagi mengenai wartawan. Seorang wartawan sangat identik atau bahkan melekat dengan media yang membawanya. Banyak juga orang yang bertanya kenapa saya bertahan di media yang tempat saya bernaung. Agak sulit memang menjawabnya, namun, semua itu bisa dijawab jika orang tersebut ikut bekerja dengan saya. Bukan materi yang saya dapatkan, namun, semua pelajaran tentang segalanya bisa saya dapatkan. Dan belum tentu jika saya berpindah ke media yang lain saya bisa mendapatkan banyak pelajaran seperti itu.
"Kamu sudah cinta dengan media itu". Itu adalah pertanyaan selanjutnya yang keluar dari hampir semua orang yang menganal saya. Dan saya jawab dengan lantang "tidak! Tapi saya cinta dengan pekerjaan saya".
Agak sulit untuk menjelaskan jawaban saya yang terakhir ini. Tapi saya berpendapat, ada orang yang bertahan bekerja disuatu tempat karena beberapa hal. Padahal di tempat itu, pendapatan dia sangat kecil. Ada juga orang yang bertahan bekerja di suatu tempat lantaran gajinya besar, padahal pekerjaannya sangat sulit dan bukan bidangnya terlebih lingkungan bekerjanya. Jika orang-orang tersebut di beri pertanyaan yang sama dengan saya, sudah pasti inti dari jawabannya sama dengan saya. Yang jelas saya akan pindah jika kriteria pekerjaan tersebut sesuai dengan kriteria saya.
Pekerjaan merupakan suatu cara untuk memperoleh kehidupan di masa akan datang. Tapi haruskah pekerjaan dipaksakan? Saya yakin semua orang bisa menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar